MAIYAHKUDUS.COM

Sistem dan Sinten

Suatu ketika saya dijelaskan oleh seorang aktivis pertanian bahwa tebu adalah tanaman, rumput adalah tumbuhan. Sejenak saya berpikir, apa bedanya? Lantas, munculah kalimat-kalimat berikutnya bahwa tebu tidak mungkin tiba-tiba ada di ladang jika tidak ada yang menanam. Sebaliknya, rumput mungkin muncul padahal kita tidak merasa menanamnya. Penjelasan itu disampaikan untuk memperkuat anak-anak muda yang sedang merintis kegiatan, bahwa satu-satunya ikhtiar agar kegiatan berhasil adalah mengusahakannya, yakni merencanakan, mempelopori serta mengistiqomahi. Bahkan tebu saja yang ditanam, terkadang hasilnya tidak sebagaimana yang diinginkan. Demikianlah hidup, tak ada kepastian kecuali ketidakpastian itu sendiri.

Orang-orang mencoba mengurangi ketidakpastian-ketidakpastian sosial dengan membuat system. Agar tidak ada kekacauan mengenai kepemilikan sebuah wilayah, dibuatlah batas-batas kekuasaan yang mungkin hari ini menjadi Negara. Keragaman produk dari masyarakat didistribusikan dengan system tukar menukar yang kemudian menjelma menjadi system keuangan. Bahkan pada dimensi tertentu, agar pikiran-pikiran dibatasi dibuatlah system keyakinan. Subjek yang membuat system adalah manusia. Sebagian manusia mengatur manusia lainnya, bisa atas dasar kesepahaman, kesepakatan ataupun keterpaksaan. Seberapa tahan dan digdaya sebuah system, tergantung seberapa banyak yang puas atas system yang berjalan. Saat system tidak memberikan kepuasan kepada sebagian banyak orang, biasanya akan terjadi system baru.

Sebagian kita mungkin mengalami perubahan kurikulum pendidikan terjadi berkali-kali. Sama halnya dengan system selain Pendidikan, mengalami perubahan-perubahan. Negara kita pernah mengalami berbagai dinamika mencobai beberapa system bernegara. Sampai hari ini kemudian memilih bentuk republik demokrasi. Apakah sudah selesai? Tidak akan selesai, sepanjang pelaku-pelaku system berubah, maka system mau tak mau akan berubah.

System semakin sempurna jika terjadi tension atau check and balance antara para pelaku system tersebut. Sejak dulu sampai hari ini, system berkembang. Sistem-sistem yang ada di masyarkat tidak berdiri sendiri, tetapi saling terkait satu sama lain. Karena keterkaitan inilah tidak mudah membuat system yang sempurna, yang bisa terjadi adalah semakin menjadi lebih baik dalam kedinamisan terus menerus. Tidak ada yang harga mati dalam system buatan manusia.

Sebagaimana tebu yang ditanam, system yang baik harus diusahakan. Siapa yang mengusahakan? Adalah kita sebagai pelaku/subjek. Kalau kita ingin anak-anak kita menjadi generasi yang cerdas dan beretika, buatlah system pendidikan yang mencuacai terjadinya hal tersebut. Jika kita ingin tidak terjadi korupsi, buatlah system yang memberi penghargaan kepada kejujuran. Kalau saja kita ingin melihat umat beragama yang otentik, dan menjadi pelopor, maka kita membutuhkan kiai-kiai yang mursyid dan aliman. Sinten yang kuat akan mengontrol system dan memastikan system semakin lebih baik. Setiap sinten adalah system. (Em Ali F)

Penggiat di simpul Sedulur Maiyah Kudus (Semak). Sehari hari bekerja sebagai PNS di Bogor.