Liputan “Manungsa Ruhani” Semak Tadabburan edisi ke-27
Di Kudus, beberapa bulan sudah tak turun hujan. Siang itu (12 Oktober 2019) panas bahkan mencapai 36 derajat Celcius. Sungguh suasana yang cukup membuat gerah. Malamnya, panas masih cukup terasa di Tom’s Kuliner, sebelah timur perempatan lampu merah Mejobo Kudus. Malam itu edisi ke-27 Semak Tadaburan bermaiyah.
Meski suasana cukup panas, namun yang datang bermaiyah malam itu cukup banyak. Bulan ini Semak Tadaburan berpindah dari Museum Kretek yang biasa diselenggarakan. Tentu saja karena ada salah satu jamaah Maiyah di Kudus yang menawarkan tempatnya dijadikan tempat bermaiyah dengan sukarela. “Semoga tempat ini menjadi berkah” ujar Ali Fatkhan yang malam itu turut rembug mengudar tema maiyah.
Malam itu mengangkat tema Manusia Ruhani. Acara dimulai dengan Munajat Maiyah lalu Wirid Akhir Zaman. Malam itu Semak Tadaburan juga dibersamai Kelompok Gubug Seni, Baston, dan beberapa lagi serta pemantik seperti Gus Syafiq, Kyai Abdul Jalil, Nur Hadi (Presiden Tronjal-Tronjol), Kang Aan serta Kang Ali.
Kyai Abdul Jalil bercerita perihal bahwa baru 8000 tahun yang lalu ada sebuah kitab yang menceritakan Adam. Beliau juga bertutur perihal Teori Absurditas, teori penjugkirbalikan akal sehat.
Kita berbicara manusia ruhani dalam konteks pencarian, maka berarti sedang belajar tentang manusia ruhani, karena kita sudah tidak percaya pada manusia jasmani. Kehadiran manusia jasmani tidak cukup dipercaya untuk menyelesaikan masalah. Maka alternatifnya adalah manusia ruhani. Di dunia ini selalu muncul Absurditas. Absurditas yang disampaikan Syeh Abdul Jalil adalah ketidakjelasan yang dialami manusia. Misalkan perasaan senang, manusia tidak mengerti alasan kita menyukai sesuatu. ”Kita ya suka saja sama warna merah, kita tidak tahu alasannya” begitu ujarnya.
Priyo Wiharto.