Mukadimah Semak Tadabburan edisi ke-15 (13 Oktober 2018)
Jika pemuda maju maka negara juga maju. Jika kalian termasuk golongan pemuda maka kemajuan negara menjadi bebanmu. Premis ini selalu didengungkan pejabat-pejabat pemerintah. Mereka seolah melempar tanggung jawab masalah di negara ini karena ulah pemuda. Tawuran antar suporter, pembegalan, pencurian hingga kasus terorisme adalah ulah-ulah pemuda yang tak tahu diri.
Dalam pelajaran sejarah sekolah, istilah golongan tua dan muda masih lekat dalam ingatan. Perbedaan pendapat golongan tua dan muda menjadikan negeri ini merdeka. Golongan tua dan muda memiliki peran beriringan dalam sejarah pergerakan.
Jika kita mau mengok sejarah kenabian. Nabi Muhammad berjuang beriringan dengan golongan tua dan golongan muda. Mereka, baik tua maupun muda begitu semangat berdakwah meski tak ringan. Sejarah kenabian bahkan harus mencatat beberapa nama-nama pemuda yang harus diingat untuk generasi mendatang.
Lalu seiring perubahan dunia digital nan cepat, kita masih suka menyalahkan pemuda yang selalu menggenggam gawai. Kita selalu mencemooh pemuda yang tak berpunya pekerjaan. Suka ngebut di jalanan. Kita tak berusaha mendekati mereka dengan sudut pandang mereka. Orang tua selalu menginginkan pemuda sekarang harus seperti mereka saat muda dulu. Mereka memandang pemuda dengan kacamata yang sudah tua.
Dalam setiap acara sinau bareng Mbah Nun. Banyak sekali jamaah yang hadir. Tentu saja pemuda lebih sering kita jumpai di setiap sudut. Pemuda-pemuda tersebut rela menempuh berjam-jam perjalanan dan menghabiskan tenaga maupun materi yang tak sedikit. Mereka merindukan sosok orang tua yang mampu menampung dan memberikan solusi atas kegelisahan selama ini.
Tentu saja saya tak memberikan porsi berlebihan terhadap sosok tua seperti Mbah Nun. Masih ada sosok orang tua di negeri ini yang selalu didatangi para pemuda. Sebut saja Gus Mus serta kiai-kiai sepuh yang ada di desa-desa.
Sosok sepuh inilah yang dinanti para pemuda. Tentu saja banyak variabel yang membuat pemuda saat ini belum menentukan arah hidupnya. Televisi dan media salah satu sebabnya. Televisi maupun media lainnya selalu menampakkan orang-orang tua yang suka korupsi. Suka membohongi pemuda. Suka mengobral janji para pemuda.
Pemuda saat ini tak punya panutan. Mereka seolah mencari sejarah hidupnnya sendiri. Mereka melupakan sejarah terdahulu. Ada benang yang terputus antara sejarah tua dan muda. Tugas kita memperbaiki. Tentu saja tugas bersama, muda dan tua.
***
Semak Tadabburan edisi ke-15 kali ini akan membincang tentang pemuda. Mari perluas jagong kita di Museum Kretek Kudus, tanggal 13 Oktober 2018. (Redaksi – Semak)