MAIYAHKUDUS.COM

Gus Bas, itu Siapa?

Gus Bas, itu Siapa?

“Kamu percaya kalau Gus Bas itu bisa berjalan di atas laut?” Dalban bertanya kepada Sukram.

“Gimana ya, dalam interaksiku dengan Gus Bas, dia tidak pernah berbohong. Jika dilihat track record dengan masyarakat Gus Bas adalah prubadi yang baik.” Jawab Sukram.

“Kalau kabar yang beredar adalah Gus Bas mengumrohkan pegawai tokonya yang sudah mengabdi lama, saya pasti percaya. Lah ini, Gus Bas berjalan di atas laut. Saya harus melihat sendiri”. Sukram meneruskan.

Mungkin Anda belum paham kenapa saya menulis fragmen percakapan antara Sukram dan Dalban mengenai Gus Bas.

Saya ingin berkata kepada Anda semua bahwa, tidak mudah meng-capture manusia secara utuh, bulat. Kita bisa meng-capture seseorang setidaknya dengan tiga jangkauan. Dalam kasus Gus Bas, kita mencoba mengenali Gus Bas.

Pertama, Gus Bas dalam tangkapan indera kita. Itu adalah jangkauan pengenalan yang paling sederhana. Sosok Gus Bas secara tangkapan indera akan relatif sama bagi siapa saja. Misalkan Gus Bas yang berkumis tebal, Gus Bas yang matanya sipit dan sebagainya. Asalkan tidak dikonversi ke ukuran “kesepakatan asumsi” semisal Gus Bas yang ganteng, Gus Bas yang keren, sebab keren, ganteng ukurannya bukan kumis dan mata.

Kedua adalah Gus Bas dalam tangkapan interaksi kita. Nah, Gus Bas dalam jangkauan ini sangat mungkin berbeda beda menurut setiap orang. Bagi anaknya, mungkin Gus Bas adalah pribadi yang penyayang, lain bagi Supirnya, Gus Bas mungkin pribadi yang tergesa-gesa, Gus Bas bisa saja dikenal oleh karyawan tokonya sebagai pribadi yang Galak tapi loman. Tetapi bisa saja, ada irisan dari semua versi Gus Bas menurut orang yang berinteraksi dengan Gus Bas.

Ketiga, Gus Bas dalam seluruh bulatan, Gus Bas secara utuh. Perihal Jangkauan yang ketiga ini, saya kira tidak ada orang yang mengenali Gus Bas seratus persen, bahkan Gus Bas sendiri. Saya punya asumsi, setiap orang sedang melakukan pengenalan dirinya sepanjang hidupnya.

Dalam interaksi antar manusia, apa-apa yang tersaji dan disajikan oleh seseorang akan menentukan atribut sosialnya. Jika Gus Bas dalam perkataannya selalu menghormati orang lain, tidak pernah melecehkan maka Gus Bas akan mendapat atribut sosial sebagai orang yang sopan. Identifikasi Gus Bas tidak saja secara fisik/indrawi tetapi juga mendapat “idhofah”, pelekatan sifat karena interaksi sosialnya.

Siapa Gus Bas, adalah rekam jejak atas apa apa yang dihasilkan dari interaksi Gus Bas dengan masyarakatnya, lingkungannya. Jadi, kita boleh melihat Siapa nya, sepanjang rekam jejak atas apa yang diperlihatkan selama interaksi sosialnya tidak pernah batal/mengecewakan. Kalau kita tidak tahu rekam jejak dan belum berinteraksi, lihatlah APA yang disajikan, APA yang disodorkan secara terus menerus.

SIAPA atau APA tergantung kepada sejauh mana, interaksi kita.

Apakah Gus Bas yang dikenal orang alim, orang baik, dalam berinteraksi sosial, bisa dipastikan mampu berjalan di atas laut? Menurut saya, itu dua hal yang berbeda.

Wallahu alam bishawab (Em Ali F)

M. Ali Fatkhan
Penggiat di simpul Sedulur Maiyah Kudus (Semak). Sehari hari bekerja sebagai PNS di Bogor.