Mukadimah Semak’an edisi ke 66 (10 Juni 2023)
Enam tahun berjalan, silih berganti tema ditadabburi setiap bulan. Mestinya jama’ah telah cukup menghimpun konsepsi dan paradigma yang diperoleh dari sekian uraian pemantik dari multi keilmuan, interaksi sosial di dalam simpul, analisis akliah tiap individu, pendaran ruhani yang makin jernih, ditambah pengalaman otentik masing-masing jama’ah. Sebuah konsepsi, paradigma sebagai cara pandang dan memahami laku hidup.
Ibarat biji yang ditanam di tanah subur, kemudian tumbuh menjadi tanaman berbuah rimbun. Begitu pula idealnya manusia menjadi media bagi wenih ilmu untuk tumbuh, menjadi tanaman berbuah amal. Artinya, jama’ah ditanting dan ditantang mampu menerapkan konsepsi-konsepsi menjadi sikap dan perilaku terutama ketika diuji realitas sehari-hari.
Tergelincir atau selip menjadi kewajaran dalam proses bertumbuh. Kadangkala lengah memahami konsep dari proses sinau bareng, atau tidak presisi mengkontekstualisasikan konsepsi dengan situasi yang berhubungan. Kadangkala lalai saat berbeda sudut pandang, atau kelambatan melengkapi informasi untuk semakin mendekati kebenaran hakiki, atau bahkan lepas kontrol dalam mengendalikan ego untuk mendominasi perbincangan. Semua itu adalah keniscayaan dalam proses mencari yang terus menerus tanpa henti. Dengan kewaspadaan atas pengetahuan dan sekaligus ketidaktahuan, selip-selip tersebut akan menumbuhkan kematangan.
Jika diamati lebih luas, problematika klasik ini terjadi menyeluruh pada semua lapisan masyarakat dan menjadi akar dari silang sengkarut masalah-masalah besar, apalagi di tahun politik ini. Sebagian manusia tergelincir dan sebagian lain berhasil memoderasi diri. Waktu akan menunjukkan apakah kita menjadi bagian dari manusia yang selip atau menjadi bagian yang tetap seimbang memegang nilai, buah dari biji ilmu yang selama ini ditanam.
Pada gilirannya, setiap individu akan merespon dunia dengan paradigma yang dia bawa. Tetapi, dunia juga begitu dinamis dan bergerak cepat. Dunia adalah hal yang harus direspon sekaligus semacam cerminan responsi dari berbagai individu. Untuk itu, penting dirasa semak’an edisi ke-66 ini mengangkat “Selip Moderasi” menjadi tema menarik. Sekaligus menjadi momen mengkalibrasi diri masing-masing jama’ah. Sila melingkar di Museum Kretek Kudus pada tanggal 10/06/2023 ba’dal isya. (Tim redaksi)