Catatan 4 Tahun Semak
Menggiatkan diri di tempat yang sama selama beberapa tahun adalah pilihan. Mereka memilih untuk menetap di suatu tempat. Tempat tumbuh bagi mereka. Tumbuh dalam hal ini tidak bermakna materi. Tumbuh dan membuat teduh orang-orang di sekitar. Setidaknya jika tidak bisa menjadi ranting kokoh untuk digenggam, mereka bisa menciptakan suasana sejuk. Tempat yang sulit kita jumpai saat ini.
Mereka menamai tempat tersebut Sedulur Maiyah Kudus (Semak). Sebuah Tempat dimana bagi sebagian pegiat maiyah dijadikan tempat tumbuh kembang bersama. Ada yang memaknai sebagai tempat berkumpulnya para saudara. Ada juga yang memaknai sebagai tempat melepas lelah. Bahkan tak sedikit juga Semak dijadikan tempat rutin bulanan yang perlu didatangi. Mereka seolah sudah menandai di kalender kapan harus berkumpul di tempat tersebut.
Tidak mudah mengumpulkan orang-orang dengan latar belakang di sebuah tempat yang sama. Mereka datang dengan membawa kepentingan masing-masing. Saya masih ingat bagaimana mereka memperkenalkan diri satu demi satu. Pekerjaan, kuliah, sekolah hingga keluarga mereka saling bertukar cerita. Mereka saling memberikan kasih satu sama lain. Meski terkadang berbeda pemikiran, mereka tidak mempermasalahkan. “Toh, ujung-ujungnya saudara”, pikir mereka.
Saat ini kita sulit menemukan tempat yang nyaman. Di kantor, kita bertemu saudara-saudara yang bekerja untuk kepentingan kantor. Mereka setiap hari menguras pikiran dan tenaga untuk mendapatkan nafkah. Bahkan kadang ujungnya bisa saling bermusuhan jika berbeda pendapat. Di Pasar kita menemukan tempat dimana ada beberapa orang melakukan sebuah transaksi ekonomi. Bila transaksi tidak menemui kata sepakat, bisa jadi menimbulkan permusuhan. Berbeda dengan Semak, tempat yang meski berbeda pendapat mereka tidak pernah mengakhiri dengan kebencian. Mereka sama-sama mengerti tujuan berkumpul adalah kasih sayang.
Lalu tempat maiyah itu seperti apa, bagi sebagain orang yang masih memikirkan makna maiyah itu seperti apa. Tak masalah. Mereka bisa memaknai dengan cara mereka sendiri. Bagi saya maiyah adalah tempat. Tempat yang tidak berukuran. Bisa begitu luas juga bisa sebatas dirinya sendiri. Luas dalam artian tempat tersebut dapat menampung segala hal yang berbeda.
Bulan ini, semak memasuki usia ke empat. Saya bersyukur meski tidak secara konsisten, tempat ini saya jadikan untuk belajar tumbuh. Saya yakin Semak adalah tempat yang akan selalu tumbuh. Karena di dalamnya banyak pegiat yang menjadikan Semak sebagai tempat untuk belajar. Belajar segala hal dari menulis, musik, pengetahuan hidup, teknolgi, pentas hingga lainnya.
Selamat ulang tahun Semak, semoga bisa dijadikan rujukan tempat tumbuh untuk kebaikan. [Priyo Wiharto]