Malam itu, 9 Mei 2020 Jamaah Maiyah tak memadati halaman depan Museum Kretek Kudus. Tempat yang biasa digunakan para jamaah maiyah Kudus bermaiyahan setiap bulan. Tak ada para jamaah berkumpul hingga larut malam. Tak ada suara kendaraan bermotor dari para jamaah berdatangan. Juga tak ada suara tawa lepas yang biasa kita temukan langsung di maiyahan. Malam itu, Para pegiat maiyah Kudus bermaiyah dengan cara berbeda. Mereka melakukan siaran langsung melalui live streaming youtube di channel Maiyah Kudus.
Keadaan yang membuat para jamaah saat ini untuk menjaga jarak. Pandemi Corona membuat aktifitas berkumpul dibatasi. Para pegiat maiyah kudus mencoba menyiasati keadaan ini dengan bijak. Tetap menyelenggarakan maiyahan namun tidak menimbulkan kerumunan. Maka melalui bantuan teknologi, mereka berusaha tetap bermaiyah. Mungkin tempat dan cara bukanlah hal utama dalam bermaiyah. Para pegiat merasa perlu mengabarkan bahwa menjaga silaturahmi adalah hal utama. Meski secara online.
Malam itu Sedulur Maiyah Kudus merayakan 3 tahun usia sebuah perjalanan. Perjalanan yang tentu tak mudah. Sebuah perayaan silaturahmi. Para pegiat merasa perlu mengabarkan bahwa perjalanan selama tiga tahun ini adalah tak sekadar perjalanan biasa. Tak hanya pertunjukan musik, baca puisi, teatrikal atau guyonan ke sana-sini. Mereka juga tak perlu menceritakan bagaimana rumitnya mencari narasumber agar jamaah merasa nyaman. Mereka juga tak suka menceritakan begitu letihnya mempersiapkan tikar, membuat kudapan hingga mengecek mikrofon satu persatu agar para jamaah lagi – lagi merasa nyaman.
Mereka adalah orang-orang yang belajar ikhlas. Belajar melepaskan apa yang mereka miliki. Mereka ini, para pegiat hanya memikirkan bagaimana membuat maiyahan agar maiyahan ini tak sekadar tempat pengajian atau hiburan. Mereka hanya berusaha merawat maiyah dengan cara silaturahmi. Tema yang diangkat setiap bulan adalah cara saja untuk mewujudkan silaturahmi itu. Silaturahmi yang hari-hari ini menjadi susah sekali kita cari.
Perayaan silaturahmi yang dijalankan para pegiat Maiyah Kudus adalah sebuah perjalanan yang begitu melelahkan. Namun, para pegiat tak mengenal lelah. Mereka tetap saja memikirkan bagaimana maiyah bulan-bulan berikutnya. Bagaimana menghadirkan maiyah bagi para jamaah. Bagaimana mengahadirkan tikar agar kita bisa duduk bersama-sama sebagai manusia. Manusia yang belajar mencari kebenaran. Menimbulkan kebermanfaatan bagi tetangga.
Selamat ulang tahun maiyah Kudus. Selamat merayakan perayaan silaturahmi. Karena hanya dengan silaturahmi perjalanan maiyah ini tak terasa berat. Terima kasih sudah menjadikan tempat belajar bagi banyak orang. [Priyo wiharto]