Mukadimah Semak Tadabburan edisi ke-27 (12 Oktober 2019)
Penyebutan manusia sebagai bani Adam dalam Al-Qur’an otomatis menggugurkan teori evolusi bahwa mahluk ini berasal dari bangsa kera. Manusia adalah keturunan Adam sang khalaqal insan sekaligus ahsanu taqwim. Ia diturunkan ke dunia dalam rangka istighfar atas kesalahan sekaligus menjadi khalifah fil ardl.
Menurut Agus Sunyoto dalam Suluk Abdul Jalil, wujud sempurna manusia (al-insan) terdiri atas tiga bagian utama, yakni: al-basyar, an-nafs dan ar-ruh. Al-basyar merupakan jasmani sempurna manusia secara fisik. An-nafs adalah daya kehidupan (hayyu) yang bersifat netral, tempat citra diri, ego, jiwa dan keakuan. Sedangkan ar-ruh (ruh al-idhafi) yaitu tiupan (nafakhtu) suci murni Ilahi yang dihembuskan Allah kepada al-basyar sehingga memiliki kesadaran Ilahi juga manusiawi. Dengan ruh inilah al-basyar memiliki kesadaran (sirr).
Secara teoritis, menjadi rohani bisa jadi keberadaan an-nafs yang netral mendekat ke ar-ruh. Sehingga nafsu yang menguat bukan ammarrah dan hayawaniyah, tetapi muthmainnah, mardhiyyah dan qudsiyyah. Akhirnya pemiliknya senantiasa mendekat dan mengingat Tuhannya.
Namun demikian, sifat dasar an-nafs yang ananiyyah membuat ego dan keakuannya kuat. Bukan perkara mudah untuk merohanikan diri, apalagi dengan bisikan-bisikan jahat tersembunyi di dalam suduurnya (QS. An-Naas: 4-5), manusia akan cenderung berbuat dzalim dan kerusakan atas apa yang dipimpinnya.
Atas dasar hal tersebut, perintah Tuhan agar manusia senantiasa istighfar dan bertaubat adalah keniscayaan. Bahkan nabi yang maksum saja mencontohkan tidak kurang dari 70 kali melakukannya setiap hari. Sebab istighfar tidak hanya untuk memohon ampun atas kesalahan diri, tetapi ternyata juga mampu membuka tabir-tabir kesadaran ruh Al-Haq melalui maghfirah-Nya.
Meruhanikan diri saja begitu susah bukan main, lalu bagaimana dengan tugas manusia sebagai khalifah? Tanggung jawab yang proses salah satunya dengan amar ma’ruf nahi munkar. Bagaimana menyikapi posisi diri yang setiap hari dipertontonkan kerusakan akhlak di berbagai media? Ada di arus manakah kita? Semoga Tuhan menolong.
Kita diskusikan bersama di Semak Tadabburan edisi ke 27 untuk membicang “Manungsa Ruhani”.
Wallahu a’lam bisshawab. (ALK/Redaksi Semak)