Reportase Semak Tadabburan edisi ke-23 (27 Juni 2019)
Selamat berlebaran. Begitu kira-kira sapaan pembuka untuk sedulur maiyah di Kudus. Lebaran sudah berlangsung beberapa Minggu lalu. Kamis, 27 Juni 2019 Sedulur Maiyah Kudus (Semak) kembali menggelar tikar tadaburan Maiyah ke-23 di Museum Kretek.
Maiyahan diawali dengan pembacaan Amar Maiyah. Pembacaan Amar Maiyah malam itu menjadi doa untuk keselamatan negeri. Sedulur Maiyah Kudus begitu khidmat mengikuti. Selepas pembacaan Amar Maiyah, kegiatan dimulai hingga selesai pukul 01.00 WIB.
Malam itu, Tadaburan mengambil tema berjudul Kosong. Gus Syafiq yang setiap bulan menemani Tadaburan berpesan kepada jamaah agar jika mau mengisi tubuh kita dalam hal apapun, maka kita harus dalam keadaan kosong terlebih dahulu. Jadi, mengosongkan diri itu perlu agar bisa memberikan makna dari isi.
Jika ingin menjadikan gelas penuh dengan minuman, maka gelas harus dikosongkan. Jika tidak maka akan luber, tumpah ruah kemana-mana. Begitu kira kira penambahan dari Gus Syafiq.
Gus Syafiq segera pamit. Namun para jamaah masih bertahan di Museum Kretek meski udara malam semakin dingin. Baston dan temannya mencoba menghangatkan dengan menyanyikan dua buah lagu. Salah satunya menantikan puisi Sapardi Joko Darmono. Dengan suara merdunya, Baston berhasil mengubah suasana menjadi hangat.
Gus Aniq dan Gus Amar Abdillah malam itu juga hadir. Tak lupa Amar Abdillah juga menyumbang satu buah puisi. Gus Amar malam itu mengumpamakan kasus kosong dalam kehidupan dunia informasi dasar ini. Informasi saat ini tak pernah kosong, selalu ada saja berita beredar, entah benar atau tidak. Tugas kita memilah berita itu. Malam itu Maiyahan menjadi sebuah tempat menyambung rasa. Saling mengisi kekosongan masing- masing jamaah. (Priyo Wiharto)