Mukadimah Semak Tadabburan edisi ke-26 (14 September 2019)
Sang MahaPencipta mengabarkan bahwa manusia itu ciptaanNya yang paling sempurna. Ahsanutaqwim. Begitu sempurnanya, sehingga ia memiliki kompleksitas yang luar biasa. Di Al-qur’an saja dalam menyebut manusia diperlukan banyak diksi – seperti misalnya: al-wara, al-bariyyah, al-basyar, al-anaam, al-ins, al-insan, an-naas – untuk fokus sesuai deskripsi ayatnya. Bahkan di surat An-Naas Allah sendiri langsung menurunkan tiga realitas manajerialNya berupa Rububiyyah, Mulukiyyah dan Uluhiyyah hanya untuk menangani publik manusia.
Kesempurnaan manusia adalah anugrah sekaligus ujian dalam tugasnya sebagai khalifah fil-ardl. Tugas yang musti diemban sebagai perpanjangan kasih sayang Tuhan dalam merahmati semesta (rahmatan lil alamin). Tugas ngemong jagad (hamengku buwana) dengan saling menebarkan cinta.
Tanggung jawab pengelolaan alam semesta yang semestinya dilandasi cinta tersebut, oleh sebab nafsu, egoisme dan ketamakan kini terdegradasi dan terdistosi menjadi ekploitasi untuk memenihi keserakahan sendiri. Pemanfaatan alam dilakukan secara serampangan. Sesama manusia yang sudah fitrah sunnatullah tercipta masing-masing berbeda, bukannya sebagai area silaturahmi malah menjadi titik tengkar. Sakinah (ketentraman) kian hilang dan susah ditemukan. Kasih sayang dan cinta surut satu sama lain sebab putus frekuensi getarannya.
Masing-masing mahluk mempunyai frekuensi getaran rahman-rahim satu sama lain sebagai manifestasi cintaNya. Setiap mahluk memiliki ketersambungan denganNya. Hal tersebut menjadi tanda sejatinya Tuhan sangat dekat, bukan hanya kepada manusia saja, tapi dengan seluruh ciptaanNya.
Tapi insan adalah mahluk pelupa. Mereka sering lupa bahwa Tuhan teramat dekat. Mereka berjalan seolah sendirian dan untuk dirinya sendiri. Mengkhalifahi dirinya bukan lagi dengan rahmatNya, bukan dengan cinta, apalagi mengkhalifahi semesta raya. Belum lagi mempertanggungjawabkannya nanti di akhirat.
***
Tadabburan kali ini Semak akan sinau bareng menjadi Al-Mutahabbina Fillah (yang mencintai di dalam Allah).
Wallahu a’lam bisshawab. (ALK/Redaksi Semak)