Tembakau dari kata tambaku, rokok itu moro-moro takok, nikotin nama orang asing yang mengusung tembakau ke Eropa. Aku baru tahu ketika menyimak Majelis SEMAK (Sedulur Maiyah Kudus) sabtu, 14 april kemarin. Saat itu ingin berbagi wacana hati tapi tak ada keberanian mengungkapkan pendapat saat itu.
Saya tidak merokok bukannya anti rokok, bahkan rokok kadang menjadi kebutuhan saya membeli tanpa dihisap tapi aku berikan pada orang karna bagiku memang pas diberikan. Mungkin ini sebagai saran ada baiknya kita mengingat Catatan buku dari guru kita Quraish Shihab dalam bukunya LENTERA HATI yang menuliskan catatan Egoisme Sang Perokok.
orang merokok haruslah melihat kanan kiri jangan sampai disaat merokok mengganggu orang, hingga orang itu batuk apalagi orang itu memang sudah sakit batuk.
Keegoisan dalam merokok harusnya dikalahkan dimungkinkan mengganggu, keegoisan itu harus dikalahkan menghormati orang harusnya diutamakan, keegoisan itu harusnya dipatahkan dulu demi kawan yang sakit batuk agar tidak beranjak menjauh dari kita atau pergi meninggalkan kita. Menghentikan rokok sementarakan tidak berarti selamanya.
Mungkin saya salah, jika seandainya Rosulullah SAW perokok, saya yakin Rosulullah Saw akan menghentikan rokoknya sementara demi tidak menganiaya orang yang sakit batuk yang sedang rasa ingin curhat pada beliau.
Egoisme sang perokok kadang rokok itu menjadi kegilaan dan bisa menjadi kebutuhan yang sangat pokok. Mungkin yang bisa membeli bukan suatu masalah tapi yang tidak bisa beli bisa menjadi masalah.
Merokok menurut saya boleh saja tapi Allah berpesan jangan berlebih-lebihan dalam menikmati, mungkin tidak boleh berlebihan akan dampak buruk yang kita tidak sadari.
ALLAH menghadirkan tembakau ada maksutnya, kita semua tahu agar kita akrab bisa dijadikan alat bertegur sapa sehingga jalan persahabatan, persaudaraan terbuka dan terjalin. Aku melihat sendiri ketika orang yang tidak aku kenal tiba2 menawarkan rokok padaku untuk memulai pembicaraan. MAS, ROKOK!? Kadang yang ndablek, MAAF MAS MINTA ROKOKNYA.
Akhirnya terjadilah dialog panjang lebar. Tapi ada baiknya jika orang-orang pembeli rokok itu dimedankan juga sebagai pemberi cahaya, maksute disetiap harga rokok yang dibeli ada sodaqohnya, di mana uangnya nanti untuk menegakkan kalimat Allah dibumi, memberi nafkah pada anak yatim, dll.
Untuk bisa wujud haruslah ada ORANG PRODUSEN ROKOK yang berhati mulia yang menjadi jalannya. Bisa saja kita beri nama ROKOK MAIYAH atau nama apa saja.
(MOHON MAAF JIKA KALIMAT INI ADA YANG TIDAK MENGENAKAN BAGI PARA PECINTA ROKOK).
(Redaksi-Yanto Penyair)