Reportase singkat Sinau Bareng CNKK di Lapangan Rendeng Kudus, 5 Oktober 2018.
Setelah 3 hari sebelumnya (2/10/2018) Cak Nun dan Kiai Kanjeng (CNKK) menemani suporter Macan Muria di alun-alun Kudus, diikuti Sinau Bareng di Bantul dan Magelang, malam tadi (5/10/2018) masyarakat Kudus kembali dimanjakan kehadiran beliau membersamai Sinau Syukur, Menyambut Tahun Baru Islam 1440 H dan Sunatan Massal Bayt Arofah di Lapangan Rendeng.
Terkenal sebagai kota santri, masyarakat Kudus selalu antusias dengan hal-hal yang berbau pengajian. Demikian halnya kali ini, baru lepas sholat maghrib selasai, jamaah sudah berduyun mencari posisi paling nyaman. Belum mulai adzan isya, depan panggung sudah mulai penuh. Meskipun layar-layar video hampir selalu ada di acara semacam ini, antusias jamaah mengalahkan agar dapat melihat langsung di dekat panggung.
Jam 20.50 WIB Cak Nun sudah bersama-sama para jamaah yang memenuhi lapangan. Beliau langsung mengajak jamaah untuk apabila melakukan apa saja, dipastikan tidak ada masalah dengan Allah. Kalau semua sudah beres dengan Allah, selanjutnya pastikan bahwa kita adalah pengikut rasulullah. Jalannya tawakal kepada Allah, jalan-tolnya syafaat kanjeng nabi Muhammad.
Menghadapi sekarang banyak agen Dajjal, Cak Nun mengingatkan bahwa Dajjal tidak dapat memasuki Mekah dan Madinah. Maka, jika bisa meletakkan Mekkah di hati dan Madinah di pikiran, maka Dajjal tak akan berani mendekati. Dajjal menyerang hardware dan tidak mampu menyerang software.
Selalu menggembirakan metode-metode Cak Nun ketika sinau bareng. Seperti malam ini, untuk sinau silmi, beliau mengajak pasangan-pasangan untuk saling diakusi. Ada bupati-rakyat, suami-istri, bangsa Indonesia-bangsa Turki, kokam-banser, NU-Muhammadiyyah. Masing-masing mendiskusikan bagaimana seharusnya berada di posisi masing-masing, kemudian mempresentasikan sebagai posisi sebaliknya: suami presentasi sebagai istri dan sebaliknya, bupati presentasi sebagai rakyat dan sebaliknya, dst.
Terkait silmi dalam Quran kalimatnya adalah ‘udkhulu fis silmi kaffah’, bukan ‘udkhulu fil islami kaffah’. Yang disempurnakan adalah tangga (jalan) perdamaiannya. Akhlak dan perilaku sebagai tujuannya. Silmi adalah berdamai dengan apapun. Dalam berdamai harus menumbuhkan empati satu sama lain.
Kanjeng Sunan Kudus mewariskan kota yang penuh toleransi yang harus dicontoh oleh masyarakat dunia. Toleransi adalah perwujudan dari saling empati antar sesama maupun berbeda. Warisan yang harus dijaga menjadi uswatun hasanah bagi daerah-daerah lain.
Metode asyik ketika sinau bareng yang sering dilakukan Cak Nun adalah menyapa dan mengajak jamaah naik panggung untuk sharing. Masing-masing dikupas kemudian dihikmahi. Seperti di acara sebelum-sebelumnya malam ini banyak sekali jamaah yang diajak naik. Bukan hanya sharing tapi juga bermain tembang dolanan, yang dihikmahi. Mengajak sinau sambil berlatih, praktek langsung, menggembirakan.
Dalam banyak angle nampak dan terasa sinau bareng CNKK selalu terisi wajah-wajah sumringah, penuh kegembiraan dan kebahagiaan dibalik ilmu juga hikmah yang dapat dipetik. Sebagaimana sinau syukur kali ini, sebab dalam bersyukur selalu ada kebahagiaan yang menyebakannya. (‘Arif Lukman Kastury)